Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif
Narasi Ekspositoris
Narasi ekspositoris adalah karangan yang mencoba menyajikan sebuah peristiwa kepada pembaca apa adanya. Narasi ekspositoris bersifat non fiksi yang disajikan dengan bahasa denotatif. Tujuan utama bukan menimbulkan daya imajinasi, melainkan menambah pengetahuan pembaca dengan pemaparan yang rasional. Setelah membaca narasi ekspositoris pembaca mendapatkan pengetahuan atau informasi suatu peristiwa. Sejarah, biografi, dan autobiografi adalah bentuk narasi yang menjelaskan peristiwa-peristiwa yang menyangkut riwayat hidup atau pegalaman perorangan atau kelompok dengan penyajian yang berusaha menarik manfaat dari pengalaman tersebut.
1. Memperluas pengetahuan
2. Menyampaikan informasi faktual mengenai suatu hal atau peristiwa
3. Menyajikan kehidupan tokoh dari sisi yang dapat diamati
4. Menggunakan penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional
5. Memiliki tingkat subjektivitas yang relatif rendah
6. Menggunakan bahasa yang lebih bersifat informatif dengan penekanan pada pemakaian kata - kata denotatif
Contoh Narasi Ekspositoris:
Saat itu aku duduk di bangku kelas 2 SMP Negeri Medan, sekitar 5 tahun yang lalu. Kami sekeluarga hendak berlibur ke rumah Nenek yang terletak di Kecamatan Dolok Panribuan Kabupaten Simalungun tepatnya di desa yang bernama Lumbanpea. Di siang hai yang terik kami harus pergi ke terminal terlebih dahulu untuk memilih bus yang sampai ke sana yaitu bus Sejahtera yang berada di amplas. Waktu yang di tempuh sekitar lebih kurang 5 jam, saat itu kami menghabiskan waktu berjam-jam di dalam bus, kami telah menyediakan makanan, karena kami tahu bahwa 5 jam itu adalah waktu yang cukup lama dan membosankan. Pada waktu 3 jam berlalu kami telah melewati kemacetan, kami mulai melihat pemandangan alam yang begitu indah. Padi yang di tanam begitu rapi, berbaris sejajar ada yang berbentuk horizontal dan vertikal. Dengan beberapa hewan seperti kerbau, sapi yang memakan rumput. Burung-burung berterbangan diatas padi hendak ingin memakannya, petani yang berusaha mengusir burung itu tak lelah bekerja demi sesuap nasi. Wajah keriput yang tak merasakan hembusan angin lagi. Beberapa jam telah berlalu kami turun di simpang desa Nenek yang bernama Simpang Kawat, hari pun semakin sore, matahari sudah hampir terbenam. Wajah lelah tampak terlihat, kami harus berjalan ke desa Lumbanpea lebih kurang sekitar 2 km. Aku merasa lelah, jalannya mendaki dan turunan apalagi kami membawa barang-barang serta oleh-oleh dari Medan. Begitu banyak keluhan, sehingga kami selalu beristirahat. Kami harus melewati beberapa Desa menuju desa Nenek. Setiba sampai di rumah Nenek hari sudah gelap, kami pun merasa senang bertemu Nenek. Kami semua bersalaman dan berpelukan, semua merasa rindu karena ketemu hanya sekali setahun. Saat itu kami masih merasa kesulitan untuk bertemu Nenek, karena jarak yang ditempuh masuk ke desa cukup jauh dan angkutan umum belum bisa masuk karena jalannya rusak. Tetapi saat ini, kami sudah bisa menggunakan mobil pribadi kami untuk berkunjung ke rumah Nenek karena sudah berjalannya pembangunan jalan.
Narasi Sugestif
Narasi sugestif atau imajinatif adalah suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sedemikian rupa sehingga merangsang daya khayal para pembaca. Melalui narasi sugestif kita dapat menyampaikan peristiwa pada suatu waktu dengan makna yang tersirat atau tersurat dengan bahasa yang lebih condong pada bahasa figuratif dengan menitikberatkan penggunaan kata-kata konotatif. Narasi sugestif berupa narasi fiktif seperi dongeng, cerpen, novel, dan roman dengan ciri khas yang dimilikinya yaitu adanya alur dan suspensi, latar dan waktu, tokoh dan karakter, sudut pandang dan makna yang terkandung didalamnya.
1. Memancing daya khayal dan daya estetik
2. Menyampaikan suatu makna atau amanat tertentu yang diramu dalam format kesastraan
3. Menyajikan secara lengkap kehidupan lahiriah dan bathiniah tokoh - tokoh secara mendalam
4. Menggunakan penalaran sebagai alat untuk menyampaikan makna sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggar
5. Memiliki subjektivitas yang tinggi
6. Menggunakan bahasa yang lebih bersifat figuratif dengan penekanan pada pemakaian kata - kata konotatif
Contoh Narasi Sugestif:
Pagi ini aku merasa tidak seperti biasanya. Aku bangun lebih awal dari ibuku, seperti biasanya setiap pagi aku membantu ibuku mengerjakan sesuatu yang sudah hendaknya dilakukan seorang perempuan. Tapi kali ini tidak, aku langsung melangkahkan kakiku ke kamar mandi dan bergegas untuk pergi ke sekolah. "Aku tidak sempat sarapan, aku pergi sekolah ya bu" Ucapku. Ibuku merasa aneh melihatku pagi ini. Aku merasa bersalah tidak membantu ibuku pagi ini, padahal ibu harus cepat pergi kerja juga. Tidak apa, hari ini saja. Aku ingin melihatnya, iya, dia yang sering diceritakan temanku, siswa yang tampan, katanya dia selalu cepat datang ke sekolah. Selama ini aku selalu lama pergi ke sekolah bahkan sering terlambat karena membantu ibuku dulu, makanya aku tak pernah melihatnya. Ku langkahkan kakiku menuju gedung putih bertingkat itu. Terlihat dari kejauhan bahwa pagar sekolahku belum terbuka, apakah langkahku terlalu cepat? pikirku. Terpaksa aku menunggu agar pagar itu terbuka dengan langkah kakiku yang pelan. Terlihat satpam telah membuka gerbang itu, maka aku hendak masuk. Suara klekson terdengar keras di telingaku sehingga aku menoleh ke belakang, aku melihat dia membuka kaca mobilnya. Aku terpesona, dia sungguh tampan dengan memakai baju putih yg rapi, saat berpapasan aku menghirup aroma tubuhnya. Oh tidak, sesuatu mengenai rok sekolahku, warna abu-abu berubah menjadi gelap. Aku sungguh terkejut, aku melihat wajahnya tertawa di kaca spion mobilnya itu. Aku sungguh tak mengerti, aku menyesal telah mengagumi seorang yang tak pantas dikagumi. Aku tak menyangka akan menjadi seperti ini, hatiku begitu rapuh, wajah tampannya tidak sama seperti hatinya, pikirku. Karena masih pagi sekali, aku terpaksa berlari ke rumahku untuk mengganti rok, sesampai di rumah aku melihat ibuku hendak selesai memasak, aku merasa malu dan merasa bersalah.
Contoh Narasi Sugestif:
Pagi ini aku merasa tidak seperti biasanya. Aku bangun lebih awal dari ibuku, seperti biasanya setiap pagi aku membantu ibuku mengerjakan sesuatu yang sudah hendaknya dilakukan seorang perempuan. Tapi kali ini tidak, aku langsung melangkahkan kakiku ke kamar mandi dan bergegas untuk pergi ke sekolah. "Aku tidak sempat sarapan, aku pergi sekolah ya bu" Ucapku. Ibuku merasa aneh melihatku pagi ini. Aku merasa bersalah tidak membantu ibuku pagi ini, padahal ibu harus cepat pergi kerja juga. Tidak apa, hari ini saja. Aku ingin melihatnya, iya, dia yang sering diceritakan temanku, siswa yang tampan, katanya dia selalu cepat datang ke sekolah. Selama ini aku selalu lama pergi ke sekolah bahkan sering terlambat karena membantu ibuku dulu, makanya aku tak pernah melihatnya. Ku langkahkan kakiku menuju gedung putih bertingkat itu. Terlihat dari kejauhan bahwa pagar sekolahku belum terbuka, apakah langkahku terlalu cepat? pikirku. Terpaksa aku menunggu agar pagar itu terbuka dengan langkah kakiku yang pelan. Terlihat satpam telah membuka gerbang itu, maka aku hendak masuk. Suara klekson terdengar keras di telingaku sehingga aku menoleh ke belakang, aku melihat dia membuka kaca mobilnya. Aku terpesona, dia sungguh tampan dengan memakai baju putih yg rapi, saat berpapasan aku menghirup aroma tubuhnya. Oh tidak, sesuatu mengenai rok sekolahku, warna abu-abu berubah menjadi gelap. Aku sungguh terkejut, aku melihat wajahnya tertawa di kaca spion mobilnya itu. Aku sungguh tak mengerti, aku menyesal telah mengagumi seorang yang tak pantas dikagumi. Aku tak menyangka akan menjadi seperti ini, hatiku begitu rapuh, wajah tampannya tidak sama seperti hatinya, pikirku. Karena masih pagi sekali, aku terpaksa berlari ke rumahku untuk mengganti rok, sesampai di rumah aku melihat ibuku hendak selesai memasak, aku merasa malu dan merasa bersalah.
Komentar
Posting Komentar